gemericik air beradu tanah
tetesnya membahasi relung-relung hampa
menggenang dalam sisi-sisi sepi
aku terduduk sendiri
menyelami pikiran ku dan merenung
mencoba menerka sisi gelap yang tak tergapai
memandangi kaca yang dibasahi hujan
terdengar deras melawan bising
ku menatap langit kelabu
diiringi dentingan dawai yang kupetik
melantunkan melodi sedih
melahirkan elegi jiwa
gelap, semuanya menjadi kabur
kapas putih mengisakan tangis
membasahi dunia yang tak mampu menenangkannya
aku hanya berharap dirinya tak mengeluarkan amarah
membuat getir dan diselimuti ketakutan
meninggalkan ku dengan perasaan ingin pergi
menjauhkan keramaian
di samping kaca jendela kelam
hujan menyapa dan mengalirinya
menjadikan tangisku bersembunyi
disela-selaa ruang tak kasat mata
menyudut dan menepi
menghilang dan bersembunyi
aku terluka, aku akui itu
aku menangis dan aku menghindari
gelak tawa palsu
masih kumainkan harmoni kepedihan
yang membisukan tanya mereka
yang menyamarkan kegalauanku
yang menenangkan relung-relung hati
dan kini aku tenggelam ke dalam duka
terlarut dalam rasa kehilangan
mencoba melepas rasa penat
dan menghapus warna pekat
berpayung dengan senyum
berlindung dengan nada
mengalunkan musik lembut
membawaku ke alam mimpi
dan kurasakan air mata mengikuti lekuk wajahku
menetes dan beradu dengan hujan
published : Mar, 18 2012
No comments:
Post a Comment